Selasa, 25 September 2018

SALAH MENGEJAN BUKAN HANYA MEMBAHAYAKAN IBU

SALAH MENGEJAN.. ???

Salah mengejan bukan hanya membahayakan ibu, tapi juga bayi yang akan dilahirkan.

Itulah mengapa, jika bayi sudah nongol di ujung jalan lahir, sementara si ibu sudah kehabisan tenaga akibat mengejan yang salah, maka dokter akan membantu kelahiran si bayi dengan alat vacuum atau forsep. Jadi, Bu, mengejan berperan penting dalam proses kelahiran seorang bayi melalui persalinan normal.

1. CARA MENGEJAN YANG BENAR

Mengejanlah seperti hendak mengeluarkan BAB, jangan seperti orang meniup balon. Jadi, tarik napas dalam selama kontraksi terjadi, lalu mengejanlah sekuat mungkin. Tapi jangan panik, ya, Bu. Dorongan yang panik hanya akan menghamburkan tenaga karena amat sedikit kemajuan yang dicapai.

Jika ingin menghasilkan dorongan yang efektif, maka kepala ibu saat mengejan sebaiknya menunduk hingga dagu menyentuh dada bagian atas, selanjutnya mata diarahkan ke pusar. Dijamin bayi akan keluar dengan cepat. Namun ingat, lo, Bu, saat membungkukkan badan, jangan mengangkat pantat atau paha karena perineum bisa robek.

Jangan terlalu lama mengejan. Jika sekali mengejan bayi tak langsung keluar, ulangi lagi. Jangan dipaksakan mengejan terlalu lama hingga kehabisan napas. Lebih baik, mengejanlah pendek-pendek kurang lebih 10 detik. Kalau kontraksinya masih ada, ulangi lagi mengejannya. Tujuannya agar bayi tak keburu kehabisan oksigen.

Jika kontraksi berhenti, sebaiknya hentikan kegiatan mengejan. Istirahat saja dan atur napas. Cobalah minum air manis atau madu untuk menambah tenaga. Saat kontraksi datang lagi, mulailah tarik napas dan mengejan lagi.

2. LAKUKAN PADA SAAT YANG TEPAT

Selain caranya harus benar, mengejan pun harus dilakukan tepat dalam memilih posisi melahirkan lazimnya, posisi melahirkan adalah telentang (litotomi).

Posisi ini pun dianggap paling nyaman. Kendati demikian, ibu boleh saja memilih posisi jongkok ataupun duduk, misal. Hanya saja, bila ingin melahirkan di RS dengan posisi jongkok, cukup merepotkan. Dokter,'bidan selaku pimpinan persalinan tak bisa melihat dan nengikuti proses persalinan itu dari detik ke detik. Padahal, dengan melihat langsung, ada banyak hal yang bisa diketahui dokter. Semisal sudah seberapa jauh pembukaan mulut rahim dan kapan si ibu harus diberi aba-aba untuk mengejan. Belum lagi upaya ekstra untuk menahan perineum agar tak terjadi p;; robekan yang meluas akibat besarnya dorongan tenaga si ibu.

Posisi lain mirip dengan posisi jongkok adalah posisi duduk (squading posilton). Tentu saja agar si ibu bersalin nyaman dengan posisi in perlu dibuat meja bersalin khusus. Dengan begitu ibu dapat melahirkan sembari duduk. Sedangkan posisi miring biasanya dianjurkan pada ibu-ibu yang bayinya belum turun atau pembi; kaannya belum lengkap karena ada sebagian mulut rahim yang belum terbuka sepenuhnya. Posisi ini, dipercaya bisa mempercepat proses pembukaan mulut rahim.

Akan halnya melahirkan daiam air, secara teoritis bisa saja dilakukan. Sayangnya, melahirkan seperti ini masih sebatas eksperimen dan belum bisa dibuktikan apakah lebih nyaman dan memberi kemudahan dibanding posisi melahirkan lainnya. Daiam arti, masih agak diragukan apakah dorongan dari air membantu memudahkan si ibu melahirkan. Kalau benar lebih mudah dan nyaman, tentu sebagian besar klinik bersalin dan rumah-rumah sakit bersalin akan menyediakan fasilitas itu.

Tidak ada komentar:
Write Post a Comment